Ada pepatah yang mengungkapkan bahwa dengan seni, hidup menjadi indah, dengan agama, hidup menjadi terarah, dan dengan ilmu, hidup menjadi mudah. Pada hari Sabtu tanggal 11 September 2021, STIKAS Santo Yohanes Salib, menyelenggarakan seminar pelatihan ayam potong. Seminar ini diselenggarakan guna menjawab aneka tantangan zaman yang semakin berubah dan kompleks. Dalam arti ini, para mahasiswa dan mahasiswi diharapkan setelah lulus dari sekolah tinggi, tidak hanya bergelut dalam bidang Filsafat dan Teologi namun dapat memanfaatkan peluang yang ada di manapun mereka bertugas untuk secara kreatif dan inovatif dalam menjalani hidup. Salah satu peluang itu melalui budidaya ayam potong. Budidaya ayam potong, selain dapat mendatangkan hal-hal positif dalam bidang ekonomi, juga dapat dijadikan peluang dalam berevangelisasi dengan “cara yang baru”. Bahwa dalam hal ini, kaum berjubah, biarawan-biarawati dapat pula melakukan ternak ayam potong dan kelak dapat menyalurkan “talenta” ternak ayam potong kepada masyarakat sekitar yang dijumpai. Tentunya efek yang paling sederhana ialah pemenuhan kebutuhan biara dalam hal pangan alias ketersediaan daging ayam.
Seminar yang dihadiri seluruh civitas academic STIKAS ini diselenggarakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam masa pandemik corona. Seminar dimulai sekitar pukul 08.30 dan berakhir sekitar pukul. 14.00 siang. Rangkaian acara seminar terdiri dari puji-pujian, doa dan pemaparan materi seminar. Bertindak sebagai pemateri yaitu Daud Donald (Fr. Pio), Vu Thien Thuat (Fr. Martino) dan Fr. Apolonius Yakis. Seminar dibagi ke dalam dua sesi dengan dibawakan oleh tiga pemateri. Dua pemateri pada sesi pertama memaparkan mengenai teori seluk beluk pemeliharaan ayam potong. Materi itu mulai dari pemilihan bibit, pemeliharaan bibit hingga siap potong. Selain itu diuraikan pula penanganan penyakit jika menjangkiti ayam, pembuatan kandang dan pemeliharaan kebersihan kandang, serta pemberian pakan dan vitamin. Fr. Polo menguraikan teori yang telah disampaikan sebelumnya oleh Fr. Pio dan Fr. Martino dalam bentuk praktik di lapangan.
Selain dua sesi berupa teori dan praktik, seminar semakin hidup melalui sesi Tanya jawab usai pemaparan materi sesi pertama sebelum dilanjutkan praktik di lapangan. Sesi Tanya jawab yang hampir berlangsung satu jam, membuktikan bahwa para peserta antusias dan memiliki ketertarikan akan ternak ayam potong ini. setelah sesi Tanya jawab, acara tambah ger-geran dihiasi gelak tawa dan sorak-sorai karena ada door prize berupa 10 hadiah menarik. Door prize diberikan oleh pemateri dengan melemparkan 10 pertanyaan pada peserta. Sebelum sesi di lapangan para peserta melepas penat sejenak dengan snack yang sudah tersedia. Seluruh rangkaian acara seminar ditutup dengan makan siang bersama di Saung Jaga dan foto bersama. Semoga seminar seperti ini bukanlah seminar pertama dan terakhir, semoga ada seminar lainnya, barangkali seminar budidaya ikan lele, seminar budidaya sawi, atau seminar budidaya-budidaya lainnya, asal jangan seminar si Budi saja, kalau si budi, itumah nama guru saya waktu SD, Pak Budi Santoso namanya….